ARENA PON XX, KONI dan Puslatprov Minta Pelatih Jujur

ARENA PON XX157 Dilihat

MEPAGO.CO. JAYAPURA- Ketua Puslatprov KONI Papua, Brigjen TNI Irham Woroihan warning pengurus provinsi (pengprov) yang hingga saat ini belum menyerahkan data promosi degradasi masing-masing cabang olahraga kepada Puslatprov KONI Papua. Untuk itu, paling lambat hari Jumat, 17 Januari 2020 data atlet promosi degradasi sudah harus masuk. Jika tidak maka Puslatprov sendiri yang akan melakukan promosi degrdasi.

Hal itu disampaikan   Ketua Puslatprov KONI Papua, Brigjen TNI Irham Woroihan pada acara rapat koordinasi teknis, finalisasi atlet, pelatih dan official inti PON XX Papua tahun 2020 di Aula Rompis KOdam XVII/Cenderawasih, Selasa 14 Januari 2020. ‘’Dari 37 cabor dan 56 nomor yang baru menyerahkan data promosi degradasi 14 nomor, sedangkan 42 nomor lagi tanpa alasan yang jelas belum menyerahkan data-data atletnya. Kita berikan waktu sampai hari Jumat, 17 Januari 2020, semua data atlet promosi degradasi sudah harus ditangan Puslatprov,’’ tegasnya dihadapan Pengprov, pelatih dan official dan pengurus KONI Papua. Turut hadir Wakil ketua II Kolonel Kav Donova Pri Pamungkas, wakil sekretaris KONI Rahmad Marimbun, S.Kom dan masing-masing ketua bidang KONI dan PUSLATPROV serta pengprov dan pelatih.

Irham juga mengkritisi jumlah atlet yang masuk Training Centre (TC) dinilainya terlalu banyak sekitar 1.115 atlet. Jumlah ini menurutnya tidak realistis dan tidak afektif, bila dibandingkan dengan target raihan medali 70 emas di PON XX tahun 2020 Papua. ‘’Kalau dari Puslatprov jumlah atlet yang dipersiapkan sebanyak 500-600 atlet,’’ imbuhnya.

‘’Berdasarkan hasil evaluasi, KONI, Puslatprov dan tim Konsultan jumlah ini terlalu banyak. Terlalu banyak anggaran yang dikeluarkan untuk membiayai atlet yang tidak produktip. Idealnya atlet yang dibina hanya 105 atlet. Namun karena berbagai pertimbangan sehingga kita sepakat atlet yang dibina ikut TC kurang lebih 800 atlet,’’ ungkap Irham.

Sebelumnya sekretaris umum KONI Papua, Kenius Kogoya, SP, M.Sc dalam arahanya menilai bahwa quota atlet yang masuk TC saat ini yakni 1.115 atlet jumlahnya terlalu besar. Padahal potensi atlet Papua untuk meraih medali emas tidak sampai 100. Jumlah ini jelas tidak maksimal dan tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai atlet sebanyak 1.115 atlet.

Untuk itu, Sekum KONI Papua meminta kepada semua pengurus, khususnya pelatih yang menangani atlet selama TC agar jujur. Jangan sampai karena atlet  masih ada hubungan saudara sehingga ngotot mempertahankan si atlet sementara prestasinya tidak ada. Jadi saya minta pengurus maupun pelatih berjiwa besar, bila memang si atlet tidak mampu atau prestasinya tidak berkembang tidak perlu dipertahankan masuk TC. Kami akan lebih serius, kami minta pelatih terbuka mengurangi atlet, ngotot terus memasukan atlet masuk di TC sehingga target dan jumlah atlet lebih realistis,’’ tandasnya.

Kenius Kogoya juga tidak setuju atau sependapat terhadap anggapan pengprov dan pelatih, Papua sebagai tuan rumah, maka semua cabor dan nomor bisa diikuti atlet Papua. Itu tidak benar, PON XX tahun 2020 Papua sebagai tuan rumah, KONI Papua hanya menurunkan atlet yang berprestasi berpeluang meraih medali. Ukuranya sudah jelas yakni Kejuaraan Nasional dan PRA PON. ‘’Oleh karena itu, sebagai tuan rumah, Papua tidak mutlak harus ikuti semua nomor. Itu pemikiran yang salah, kita akan lebih fokus pada nomor-nomor yang berpeluang meraih medali,’’ ungkapnya.

Contoh kata Kenius, cabor Taekwondo mempertandingkan 12 nomor, sementara targetnya hanya 2 emas. Jadi tidak mesti harus 12 nomor diikuti cabor taekwondo Papua. ‘’Bisa saja 2-4 nomor yang kita ikuti. Hal ini berlaku pada cabor-cabor yang lain. Artinya, ujar dia, 37 nomor wajib kita ikuti, tetapi 56 nomor tidak wajib kita ikuti,’’ terangnya. (***)

Editor : Robin Sinambela

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *