Prihatin….Tak Dibayar Tunjangan 3 Tahun Guru Yapen Mogok

Papua110 Dilihat

MEPAGO.co-JAYAPURA – Memprihatinkan  tunjangan tak dibayar 3 tahun guru-guru Yapen  mogok dari September akhir hingga saat ini. Tak ayal proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama  (SMP) Negeri Satu Atap POM I Distrik Pom Yapen Utara Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua macet.

“Benar, guru-guru di SMP Satu Atap mogok mengajar. Sudah tiga minggu mogok karena tunjangan khusus yang menjadi hak mereka selama tiga tahun tidak dibayar pemerintah,”kata Kepala SMP Negeri Satu Atap Pom I, Timothius Berotabui,S.Pd,  saat dikonfirmasi lewat telepon selularnya, Jumat (18/10) siang.

Berotabui menjelaskan bahwa tunjangan khusus yang dibayar per triwulan tersebut diperuntukan bagi guru-guru yang mengabdi di daerah tertinggal untuk meningkatkan kesejahteraan mereka, karena guru memiliki tanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa.

“Tunjangan khusus tidak dibayar sejak tahun 2016 hingga kini. Padahal sebelumnya dibayarkan tepat waktu dan langsung masuk ke rekening masing-masing guru,”ungkap Timothius.

Mengenai besaran tunjangan yang seharusnya diterima para guru, Timo mengaku jumlahnya berbeda sesuai dengan golongan dan pangkat dari para guru. Dia mencontohkan, dirinya  per triwulan dibayar Rp 9 juta. “Kalau besaran tunjangan disesuaikan dengan golongan dan pangkat dari guru-guru,”imbuhnya.

Menurutnya, masalah ini sudah dilaporkan langsung ke Bupati Kepulauan Yapen Tonny Tesar, S.Sos dan ke  pimpinan Dinas Pendidikan dan Pengajaran,  anehnya sampai kini, tidak ada respon dari bupati maupun dinas terkait.

“Secara tertulis, laporan kita sudah sampaikan kepada Bupati Kepulauan Yapen dan juga sudah dilaporkan ke Dinas Pendidikan dan Pengajaran Yapen,  namun tidak ada respond dan realiasasi, makanya hasil rapat bersama dengan guru, aksi mogok dilanjutkan tanpa batas yang ditentukan,”kata Timothius.

Akibat aksi mogok ini menyebabkan 130 pelajar di SMP ini tidak bersekolah dan terancam tidak mengikuti ujian. Para pelajar terpaksa tinggal dirumah dan sehari-hari mengikuti orang tua berkebun dan memangkur sagu di dusun milik orang tua dan warga setempat. (*****)

Editor : Robin Sinambela

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *