Tim Diturunkan Video Ikan Laut Mati Adalah Hoax

Teluk Saireri214 Dilihat

MEPAGO.CO. SERUI- Maraknya video tentang ikan mati gara-gara pencemaran limbah oleh perusahaan PT. SWPI di Dawai Distrik Yapen Timur dibantah secara tegas oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kepulauan Yapen.

‘’Isu itu tidak benar sama sekali, tim dari dinas lingkungan hidup, sudah turun dan mengecek langsung ke lokasi untuk menyelidiki kebenaran video dan laporan masyarakat melalui peduli lingkungan dari 7 Kampung Distrik Yapen Timur, hasilnya tidak satupun ikan mati di kawasan perairan Dawai,’’ ungkap  Ketua Tim Peneliti Limbah PT. SWPI Drs. Robert Bless kepada Mepago, kemarin.

Menyikapi penelitian tentang video ikan laut berada di kaleng chat atau ember, menurutnya hal itu tidak efektif dan secara hati nurani yang bersihlah mari kita menjawabnya bersama-sama. “Intinya, ikan laut yang mati di perairan Dawai akibat limbah perusahaan PT. SWPI. Sama sekali tidak benar,” ujarnyalagi seraya menambahkan bahwa pihaknya sudah mengecek langsung tempat yang dilaporkan ikan mati dilaut ternyata tidak benar seperti apa yang dibuat dalam video dan laporan peduli lingkungan 7 Kampung. 

Menyangkut, volusi atau pencemaran udara oleh PT. SWPI, melalui pertemuannya dengan pihak perusahaan, bahwa pihak perusahaan bersedia untuk melakukan pemilahan dengan barang barang yang akan di bakar. ‘’Entah itu, sampah rumah tangga, hingga kayu akan di pilah semuanya, guna mengurangi dan mengefektifkan pencemaran udara, katanya.

Kalau soal hasil penelitian dengan air laut yang tercemar, diakui Bless, bahwa pihaknya belum bisa menyimpulkan itu berbahaya atau tidak. “Kami harus mengirim sempelnya ke Surabaya. Setelah itu, baru kita tahu hasilnya, apakah kadar limbahnya besar atau kecil semuanya harus melalui Laboratorium nanti. Karena itu, kita sabar menunggu, dan jangan kita menuding itu dan ini bagi perusahaan, tetapi kita lihat bagaimana perusahaan ini memberdayakan masyarakat sebagai karyawan,” paparnya.

Untuk meminimalisir limbah perusahaan, kata Bless, rekomendasi agar perusahaan membuat ipal untuk menampung limbah. “Solusinya, perusahaan harus menambah ipal untuk menampung semua limbah,” terangnya. (***)

Penulis : Nato, Yapen !

Editor: Jery

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *