Bernadus Imbiri, S.Pd., M.Pd. (Ft: Doc/mepago.co)
WAROPEN | MEPAGO.CO – Pengumuman hasil seleksi Program Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADIK) tahun 2025 memunculkan kekecewaan mendalam dari Pemerintah Kabupaten Waropen. Dari kuota awal yang diusulkan sebanyak 100 pelajar, hanya 25 siswa asal Waropen yang dinyatakan lolos. Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar: ke mana sisa kuota sebanyak 75 orang?
Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Waropen, Bernadus Imbiri, S.Pd., M.Pd., menyampaikan langsung kekecewaan tersebut kepada media online mepago.co, Jumat 27 Juni 2025.
“Terus terang, saya sangat kecewa dengan hasil pengumuman program afirmasi ADIK tahun 2025. Ini bukan sekadar angka, tapi menyangkut masa depan anak-anak Waropen,” tegas Bernadus.
Kekecewaan itu, lanjutnya, telah disampaikan kepada Pemerintah Provinsi Papua melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Papua, baik secara lisan melalui sambungan telepon maupun pesan WhatsApp. Bahkan, Pemkab Waropen juga telah mengirimkan surat resmi (invoice) ke Kementerian Pendidikan sebagai bentuk protes dan permintaan evaluasi.
“Kami meminta agar hasil seleksi ini dievaluasi kembali. Banyak anak-anak dari Waropen yang tidak lolos, padahal mereka sangat layak dan sangat berharap bisa melanjutkan kuliah melalui jalur afirmasi ini,” ujarnya.
Bernadus menekankan pentingnya perhatian serius dari pengelola Program ADIK, baik di tingkat provinsi maupun nasional. Ia mengingatkan bahwa Papua, termasuk Kabupaten Waropen, merupakan wilayah dengan status Otonomi Khusus (Otsus) yang seharusnya mendapatkan perlakuan afirmatif dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM).
“Kami mendesak agar kuota untuk Kabupaten Waropen ditambah. Jangan abaikan kekhususan Papua, apalagi ketika menyangkut hak pendidikan generasi muda yang menjadi kunci kemajuan daerah,” katanya.
Pemerintah Kabupaten Waropen berharap Kementerian Pendidikan, khususnya Direktorat Pendidikan Tinggi, dapat menindaklanjuti keluhan ini secara serius dan segera mengambil langkah korektif demi menjamin pemerataan akses pendidikan tinggi bagi anak-anak asli Papua, terutama dari daerah-daerah terpencil seperti Waropen.
Penulis: Tamrin Sinambela
Editor: Tamrin Sinambela