Pelayanan Kasih PWKI Waropen Berlangsung Khidmat, Dilandasi Ibadah dan Kepedulian bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Baris paling depan, dari kiri: Penasehat PWKI Ny. Yohana Boari, Kadis P dan K Minarni Aronggear, S.Pd., M.Pd., Kadis DP3AKD Selvina Imbiri, SKM., MPH., bersama jajaran pengurus dan anggota PWKI saat mengikuti ibadah. (Ft: Tamrin/mepago.co)

WAROPEN | MEPAGO.CO –  Sentuhan dan pelayanan kasih Persatuan Wanita Kristen Indonesia (PWKI) Papua Kabupaten Waropen berlangsung penuh kekhidmatan dalam kegiatan yang dipusatkan di SLB Negeri Uri Waren, Rabu (3/12/2025). Acara diawali dengan ibadah singkat yang dipimpin oleh Pdt. Selvi Ayomi, S.Th.

Dalam khotbahnya, Pdt. Selvi menegaskan bahwa kasih Allah adalah anugerah yang menyelamatkan hidup manusia. Ia mengajak seluruh peserta untuk senantiasa percaya dan hidup dalam pengharapan kekal bersama Tuhan.

“Mari kita tetap percaya kepada Allah yang memberikan hidup kekal. Bagaimana kita menikmati Tuhan dalam setiap langkah kehidupan, itulah yang harus kita hidupi,” ujarnya.

Ketua bersama pengurus PWKI membawakan pujian dalam ibadah, sementara jajaran PWKI dan staf Dinas DP3AKD mengikuti ibadah dengan khidmat. (Ft: Tamrin)

Kegiatan pelayanan kasih ini dihadiri jajaran lengkap PWKI dan DP3AKD, antara lain:

  • Penasehat PWKI, Ny. Yohana Boari, yang juga Ketua GOW Waropen
  • Ketua PWKI, Selvina Imbiri, SKM., MPH., yang juga Kepala DP3AKD
  • Sekretaris PWKI, Ny. Avia Woriori, selaku Ketua Dharma Wanita Waropen
  • Pengurus dan anggota PWKI Kabupaten Waropen
  • Jajaran staf DP3AKD

Kehadiran rombongan tersebut menjadi wujud dukungan nyata pemerintah daerah dan organisasi perempuan Kristen terhadap pendidikan inklusif di Waropen.

Kepala SLB Negeri Uri, Naomi Sangkek, dalam sambutannya memaparkan perjalanan dan perkembangan sekolah sejak awal berdiri.

SLB Negeri Uri didirikan pada tahun 2014 dan dilembagakan pada 2016. Dalam 11 tahun perjalanannya, sekolah ini mengalami perkembangan signifikan.

  • Jumlah siswa: dari 7 siswa (2016) menjadi 28 siswa pada 2025
  • Jenjang pendidikan: satu atap — SD, SMP, dan SMA
  • Layanan pendidikan: tuna netra, tuna rungu, tuna daksa, autisme
  • Tenaga pendidik: sebagian besar didatangkan dari luar Papua karena minimnya tenaga khusus di daerah

“Kami orang Papua tidak mengecap pendidikan luar biasa, sehingga kami membutuhkan tenaga ahli dari Makassar untuk berbagai disiplin sesuai kebutuhan anak,” jelas Ibu Sangkek.

Ia juga menyampaikan bahwa walaupun SLB berada di bawah kewenangan provinsi, keberadaannya tetap membutuhkan perhatian Pemkab Waropen.

“Ini tahun yang spesial bagi kami. Untuk pertama kalinya kami dikunjungi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, serta Pemberdayaan Perempuan. Kami berharap pendidikan, sosial, dan pemberdayaan perempuan bisa berjalan dalam satu sistem untuk memperhatikan keberadaan kami,” ungkapnya.

Kepala sekolah menjelaskan bahwa pembinaan di SLB membutuhkan pendekatan individual, sehingga idealnya satu guru menangani satu siswa. Namun, jumlah guru masih sangat terbatas.

  • Tenaga khusus: 5 orang
  • Tenaga TU: 2 orang
  • Tenaga umum: 2 orang
  • Guru masih jauh dari cukup untuk metode individual

Meski begitu, pihak sekolah terus berupaya memaksimalkan pelayanan di tengah keterbatasan. Sejumlah fasilitas sekolah juga diperoleh dari dukungan dana Otsus.

“Anak-anak ini memiliki potensi besar yang harus digali. Mereka bukan beban bagi masyarakat atau orang tua. Tujuan kami adalah membuat mereka mandiri, itulah harapan yang terus kami pacu,” tegasnya.

Pada kesempata itu, Naomi Sangke memberikan apresiasi kepada Ketua PWKI dan jajarannya atas pelayanan kasih di sekolah yang ia pimpin.

 

Penulis: Tamrin Sinambela

Editor: Tamrin Sinambela

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *