Eduard Banua (paling kanan), Tonny Tesar, bersama dua anggota DPRK Yapen saat memimpin Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan. (Ft: TIM)
YAPEN | MEPAGO.CO – Secara maraton di dua distrik berbeda, Anggota MPR RI Tonny Tesar bersama Wakil Ketua Komisi D DPR Papua Eduard N. Banua melaksanakan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan pada Senin, 15 Desember 2025. Salah satu kegiatan digelar di GKI Pniel Serui Pantai, Kelurahan Serui Jaya, Distrik Yapen Selatan. Kedua narasumber hadir memaparkan implementasi Empat Pilar dalam konteks adat dan budaya Papua.
Dalam penyampaiannya, Tonny Tesar, putra asli Serui yang pernah menjabat sebagai Bupati Kepulauan Yapen dua periode (2012–2017 dan 2017–2022), menegaskan bahwa Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar konsep bernegara, tetapi dapat dihidupi melalui praktik budaya lokal Papua. Nilai-nilai kebangsaan itu tercermin dalam musyawarah adat, tradisi bakar batu, penggunaan noken, hingga filosofi “satu tungku tiga batu” yang menyatukan adat, agama, dan pemerintah.
Ia menjelaskan bahwa nilai Ketuhanan tampak pada kuatnya peran agama dan doa di setiap ritual adat. Pertemuan kampung dan tradisi bakar batu selalu diawali pujian dan doa sesuai kepercayaan masyarakat. Sementara nilai kemanusiaan, persatuan, dan keadilan terlihat melalui budaya gotong royong, saling berbagi hasil panen, serta penyelesaian konflik lewat musyawarah para kepala suku dan tokoh adat.
Lebih lanjut, Tonny Tesar menekankan bahwa UUD 1945 mengamanatkan perlindungan hak-hak masyarakat adat Papua. Implementasinya tampak melalui kebijakan Otonomi Khusus dan peran Majelis Rakyat Papua (MRP). Karena itu, setiap rencana pembangunan yang menyangkut tanah ulayat, hutan, maupun situs sakral harus melalui musyawarah dengan dewan adat agar tetap menghormati martabat budaya lokal.
Sementara itu, Eduard N. Banua menyoroti penerapan semangat NKRI dalam kehidupan budaya Papua. Menurutnya, identitas Papua tampil kuat ketika budaya daerah dibawa ke panggung nasional, seperti tari Yospan, festival budaya, hingga partisipasi tokoh adat dan pemuda dalam program kenegaraan. Hal ini menunjukkan bahwa Papua tetap kokoh dengan identitas lokalnya, sekaligus bagian utuh dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Papua juga dikenal sebagai wilayah dengan keragaman suku, bahasa, dan agama. Nilai Bhinneka Tunggal Ika diwujudkan melalui toleransi dan keharmonisan masyarakat, yang diperkuat oleh praktik “satu tungku tiga batu”, yakni kerja sama adat, agama, dan pemerintah dalam menjaga kedamaian serta menyelesaikan konflik secara bermartabat.
Penulis: Tamrin Sinambela
Editor: Tamrin Sinambela
