Oleh: Tamrin Sinambela
Bupati F.X. Mote bersama pimpinan dan anggota DPRK Waropen dalam kunjungan koordinasi ke Kementerian Perhubungan guna mendorong percepatan pembangunan transportasi daerah. (Ft: TIM)
Apa yang dulu pernah dicibir oleh sebagian kalangan sebagai sekadar “jalan-jalan Bupati”, kini terbukti sebagai strategi diplomasi pembangunan daerah yang cerdas, terukur, dan penuh keberanian. Dalam diam dan tanpa gembar-gembor, Bupati Waropen, Drs. Fransiskus Xaverius Mote, M.Si, menembus sekat-sekat birokrasi pusat, membawa suara masyarakat dari pesisir Seribu Bakau ke meja-meja kementerian di ibu kota.
Kritik yang pernah terlontar terhadap langkah Bupati Waropen tak lain lahir dari sudut pandang yang sempit, yang gagal membedakan antara kunjungan seremonial dan kerja diplomasi strategis. Padahal, bagi daerah terpencil seperti Waropen, inisiatif langsung dari kepala daerah adalah syarat mutlak agar pemerintah pusat melirik dan bergerak.
Bupati Mote telah menunjukkan bahwa membangun daerah tidak cukup dilakukan dari balik meja atau hanya melalui laporan berkala. Dibutuhkan keberanian untuk hadir langsung, menjalin jejaring, menyampaikan kebutuhan secara konkret, dan mengawal setiap proposal dengan komitmen tinggi. Dan kini, kerja senyap itu mulai membuahkan hasil nyata di tengah masyarakat.
Waropen bersiap menyambut pembangunan Bandar Udara Botawa, yang akan menjadi akses penting keluar-masuk orang, membuka keterisolasian wilayah. Menyusul pula pembangunan trestle Dermaga Pidemani, yang akan memperkuat sistem distribusi logistik dan transportasi antarwilayah. Selain itu, berbagai program lintas sektor dari pertanian, perikanan, teknologi informasi, pendidikan, hingga kesehatan mulai masuk sebagai bagian dari komitmen pusat terhadap percepatan pembangunan Waropen.
Perlu ditegaskan bahwa pembangunan tidak datang karena belas kasihan. Ia hadir karena diperjuangkan. Dan perjuangan itu tidak selalu terlihat di depan kamera, tapi berjalan dalam ruang-ruang negosiasi yang tidak kasatmata, di mana kepala daerah harus menyampaikan kebutuhan rakyatnya dengan data, argumen, dan pendekatan yang kuat.
Diplomasi pembangunan ala Waropen kini layak menjadi inspirasi bagi daerah-daerah tertinggal lainnya. Strategi yang tidak gaduh namun berdampak. Bergerak senyap, pulang membawa hasil.
Kini waktunya publik melihat lebih jernih. Tidak semua perjalanan dinas itu sia-sia. Tidak semua kepala daerah berpangku tangan. Ada yang bergerak, melobi, memperjuangkan, dan pulang membawa solusi untuk rakyatnya.
Waropen tidak sedang menunggu keajaiban. Waropen sedang menuai hasil dari strategi pembangunan yang dibangun dari jalan ke Jakarta, dan kini—pembangunan pun mengalir ke Waropen. (**)