WAROPEN | MEPAGO,CO – Ibadah Minggu Sengsara IV di Jemaat GKI Smirna Nubuai berlangsung dengan penuh khidmat. Ibadah ini dipimpin oleh calon pelayan firman, Hillary Mareti Mirino, S.Si.Teol., dengan nats Matius 26:36-46 dan tema “Di Taman Getsemani.” Sebanyak 152 jemaat menghadiri ibadah ini dengan penuh kesungguhan dalam persekutuan dan doa.
Dalam khotbahnya, Hillary Mareti Mirino menyampaikan bahwa dalam perjalanan hidup, setiap orang akan menghadapi masa-masa sulit, ketakutan, dan kegelisahan. Yesus sendiri mengalami pergumulan berat di Taman Getsemani menjelang penyaliban-Nya. Namun, dalam kesedihan dan kecemasan itu, Yesus tidak lari, melainkan berdoa kepada Bapa-Nya.
Melalui peristiwa di Getsemani, jemaat diajak untuk belajar tiga hal utama dari doa Yesus:
1. Kepercayaan Yesus kepada Bapa
Yesus percaya bahwa Bapa memiliki rencana yang sempurna. Meskipun gentar menghadapi salib, Yesus tetap berserah kepada kehendak Bapa. Dalam Matius 26:39, Yesus berdoa:
“Ya Bapaku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”
Ini menunjukkan bahwa doa bukan hanya sekadar meminta keinginan kita, tetapi juga berserah kepada kehendak Tuhan. Hillary menekankan bahwa dalam hidup ini, ada banyak hal yang tidak kita mengerti, tetapi kita harus tetap percaya bahwa Allah Bapa tahu yang terbaik bagi kita.
2. Pengharapan Yesus kepada Bapa
Yesus tidak hanya percaya, tetapi juga berharap penuh kepada Bapa-Nya. Ia tahu bahwa penderitaan yang harus Ia jalani bukanlah akhir, tetapi bagian dari rencana keselamatan.
Dalam kehidupan, jemaat diajak untuk tetap berharap kepada Tuhan meskipun mengalami pergumulan. Pengharapan kepada Tuhan bukan sekadar harapan kosong, tetapi keyakinan bahwa Allah bekerja di balik setiap peristiwa untuk mendatangkan kebaikan bagi umat-Nya.
3. Kasih Yesus kepada Bapa
Yesus menunjukkan kasih-Nya kepada Bapa melalui ketaatan-Nya. Meskipun memiliki kuasa untuk menghindari penderitaan, Yesus tetap memilih untuk taat karena kasih-Nya kepada Bapa dan manusia.
Jemaat diingatkan bahwa kasih sejati adalah kasih yang rela berkorban. Mengasihi Tuhan berarti bersedia mengikuti kehendak-Nya, bahkan saat menghadapi kesulitan. Kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan harus tetap dijaga dalam segala situasi.
Yesus di Getsemani memberi teladan bagaimana berdoa yang benar:
- Berdoa dengan ketulusan – Mengungkapkan isi hati kepada Tuhan tanpa ragu.
- Berdoa dengan iman – Percaya bahwa Tuhan mendengar dan memahami pergumulan kita.
- Berdoa dengan ketaatan – Tidak hanya meminta, tetapi juga berserah pada kehendak Tuhan.
Hillary menegaskan bahwa sebagai orang percaya, kita diajak untuk memiliki kehidupan doa yang benar. Berdoalah dalam segala keadaan, tetapi jangan meminta sesuatu yang melampaui kemampuan kita. Tuhan tahu yang terbaik bagi kita dan akan memberikan sesuai dengan rencana-Nya.
Yesus di Getsemani mengajarkan bahwa percaya, berharap, dan mengasihi Tuhan adalah kunci dalam menjalani kehidupan. Sebagai pengikut Kristus, jemaat diajak untuk terus berdoa, percaya bahwa Tuhan selalu mendengar, berharap pada rencana-Nya, dan tetap setia serta taat dalam kasih kepada-Nya.
Ibadah ditutup dengan doa syafaat dan berkat, serta diakhiri dengan puji-pujian penuh sukacita. Jemaat yang hadir pulang dengan hati yang dikuatkan oleh firman Tuhan dan saling bersalaman.
Penulis: Tamrin Sinambela
Editor: Tamrin Sinambela