Wawancara Khusus: Perjalanan Yowel Boari, dari Aparat Kampung hingga Menjadi Wakil Bupati Waropen

Wawancara dengan: Yowel Boari, Wakil Bupati Waropen bersama Pemimpin Redaksi mepago.co, Tamrin Sinambela

Awal Perjalanan: Dari Aparat Kampung hingga Pegawai Negeri

Tamrin: Pak Boari, bisa diceritakan bagaimana awal perjalanan karier Bapak hingga akhirnya terjun ke dunia politik?

Yowel Boari: Sejujurnya, saya tidak pernah membayangkan akan menjadi Wakil Bupati. Latar belakang saya sangat sederhana. Perjalanan saya dimulai dari bekerja sebagai aparatur Kampung Soimiangga, Distrik Inggerus. Kemudian, saya dipercaya menjadi Kepala Urusan Pembangunan dan selanjutnya diangkat menjadi Sekretaris Kampung selama dua periode sebelum akhirnya menjadi pegawai negeri.

Setelah diangkat menjadi pegawai negeri, saya bertugas di Distrik Inggerus. Dari sana, saya mendapat kepercayaan menjadi Kepala Seksi. Pada tahun 2019, saya maju dalam pemilihan Kepala Kampung di Kampung Awaso dan terpilih sebagai Kepala Kampung melalui proses pemilihan langsung.

Dorongan Masyarakat untuk Terjun ke Politik

Tamrin: Bagaimana perjalanan Bapak dari Kepala Kampung hingga akhirnya masuk ke dunia politik?

Yowel Boari: Sebagai Kepala Kampung, saya melihat sendiri bagaimana kondisi masyarakat yang begitu sulit. Warga Kampung Awaso menginginkan perubahan yang lebih besar, dan mereka mendorong saya untuk terjun ke dunia politik melalui Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024.

Saya maju sebagai calon legislatif di Daerah Pemilihan 3, dan hasilnya, saya menempati urutan kedua. Saat itu, Partai PDI Perjuangan mendapatkan satu kursi di daerah pemilihan tersebut. Saya pikir, perjalanan saya akan berlanjut di legislatif, tetapi Tuhan memiliki rencana lain.

Menjadi Wakil Bupati: Takdir yang Tak Terduga

Tamrin: Bagaimana akhirnya Bapak ditetapkan sebagai calon Wakil Bupati Waropen?

Yowel Boari: Saat itu, Drs. F.X. Mote, M.Si menjadi satu-satunya calon bupati yang diusung oleh PDI Perjuangan. Namun, saat mencari pasangan wakil, banyak nama putra terbaik Waropen yang dipertimbangkan.

Jujur, saya sendiri tidak pernah berpikir akan dipilih. Bahkan, nama yang paling kuat untuk mendampingi Pak Mote saat itu adalah Ir. Yance Banua (Kuna). Namun, karena kondisi kesehatannya yang kurang baik, partai harus mencari figur lain.

Ketika batas waktu penentuan pasangan calon semakin dekat, DPP PDI Perjuangan memberikan waktu hanya tiga hari untuk menentukan pendamping Pak Mote. Saat itu, saya masih berada di kampung, menjalani rutinitas sebagai nelayan, petani, dan pekerja kayu. Saya tidak pernah membayangkan bahwa akhirnya nama saya yang dipilih.

Saya bersama tim awalnya hanya bekerja untuk memenangkan Pak Mote, siapa pun pasangannya. Namun, ketika saya dipanggil ke kota dan diminta segera berangkat ke Biak, lalu ke Jakarta, barulah saya menyadari bahwa saya akan menjadi calon Wakil Bupati Waropen.

Keraguan dan Keyakinan

Tamrin: Apa yang Bapak rasakan saat pertama kali ditetapkan sebagai calon Wakil Bupati?

Yowel Boari: Awalnya, saya tidak langsung menerima. Saya sadar bahwa saya memiliki keterbatasan, terutama dalam sumber daya manusia (SDM) dan finansial. Namun, satu hal yang saya yakini adalah elektabilitas saya di masyarakat. Itu sudah terbukti saat Pileg 2024, di mana saya mendapatkan banyak dukungan.

Ketika tiba di Jakarta, saya tinggal selama tiga minggu hingga akhirnya rekomendasi resmi dari DPP PDI Perjuangan diberikan kepada saya dan Pak Mote sebagai pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Waropen. Saya menyadari bahwa semua ini terjadi bukan karena saya semata, tetapi juga karena kasih Tuhan, kepercayaan masyarakat, serta kerja keras tim pemenangan.

Dari Kampung ke Panggung Politik: Perjuangan Seorang Putra Waropen

Tamrin: Bagaimana perjalanan hidup Bapak sebelum akhirnya menjadi seorang pemimpin daerah?

Yowel Boari: Saya berasal dari latar belakang sederhana. Pendidikan saya pun terbatas. Saya hanya tamatan SMA. Saya menamatkan SD YPK Kampung Somiangga pada tahun 1978. Setelah itu, saya ingin melanjutkan ke SMP, tetapi akses ke sekolah sulit, karena harus menggunakan perahu dayung. Akhirnya, saya memilih bersekolah di SMP YPK Kota Serui selama tiga tahun, lalu melanjutkan ke SMA 417 Serui.

Saya sebenarnya ingin melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi, tetapi kondisi ekonomi keluarga yang sulit membuat saya harus kembali ke kampung. Saya kemudian bekerja di PT Wapoga Mutiara Timber, di departemen radio dan kemudian di bagian forestry (penebangan kayu).

Saya menikah dengan Yohana Bonai, dan kami dikaruniai tujuh anak, terdiri dari lima laki-laki dan dua perempuan.

Filosofi Hidup: Mengabdi untuk Waropen

Tamrin: Apa filosofi hidup yang selalu Bapak pegang dalam perjalanan ini?

Yowel Boari: Saya percaya bahwa kepercayaan masyarakat tidak boleh disia-siakan. Saya berasal dari latar belakang adat, dan sebagai pemimpin, saya harus memahami serta menghargai adat istiadat masyarakat Waropen.

Selain itu, dari sudut pandang gereja, saya percaya bahwa Tanah Papua telah dinobatkan dalam nama Tuhan sejak kedatangan penginjil pertama, Otto dan Geisler. Saya juga teringat pesan Isak Samuel Kenne, yang mengatakan bahwa siapa yang bekerja jujur di tanah ini, dia akan melihat tanda heran yang satu ke tanda heran berikutnya.

Filosofi ini membuat saya selalu berpegang teguh pada kejujuran dan kerja keras. Apa yang kita tabur, itu yang akan kita tuai. Oleh karena itu, saya berharap seluruh penyelenggara pemerintahan, tokoh adat, dan pemuka agama dapat bekerja dengan benar dan tulus untuk masyarakat.

Pesan untuk Generasi Muda Waropen

Tamrin: Apa pesan Bapak untuk generasi muda Waropen yang ingin menjadi pemimpin?

Yowel Boari: Saya ingin memotivasi putra-putri terbaik Waropen agar berani bermimpi dan bekerja keras. Jangan pernah merasa rendah diri karena keterbatasan. Saya sendiri hanya tamatan SMA, tapi karena loyalitas kepada masyarakat, saya mendapatkan kepercayaan ini.

Jangan pernah ragu untuk berkontribusi bagi daerah. Jika kita bekerja dengan hati dan niat yang tulus, maka Tuhan akan membuka jalan. Saya berharap Waropen ke depan akan dipimpin oleh generasi yang siap berjuang demi kesejahteraan masyarakat.

Reporter: Terima kasih atas waktu dan kisah inspiratifnya, Pak Boari.

Yowel Boari: Terima kasih kembali. Saya berharap ini bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *