Bupati F.X. Mote saat memberikan arahan terkait penyaluran Dana Desa kepada masyarakat. (Ft: Tamrin/mepago.co)
WAROPEN | MEPAGO.CO – Dalam semangat kasih dan persaudaraan, masyarakat dari 10 kampung di Distrik Kirihi dan 10 kampung administratif di Distrik Walay berkumpul di SP5 Jalur 1, tepatnya di halaman rumah tokoh masyarakat Alvius Wonda, mantan Ketua DPRD Waropen, untuk mengikuti penyaluran dana kampung dan dana pemberdayaan oleh Pemerintah Kabupaten Waropen, Jumat (4/7).
Acara berlangsung dalam suasana kekeluargaan yang hangat dan damai. Bupati Waropen, F.X. Mote, membuka kegiatan dengan sapaan khasnya yang menggugah, “Wah…wah…wah,” yang langsung dijawab serempak dan penuh semangat oleh ratusan warga yang hadir, “Wah…wah…wah!” Sebuah salam budaya yang telah menjadi simbol komunikasi dari hati ke hati antara pemimpin dan rakyat di wilayah adat Kirihi dan Walay.
Penyaluran dana ini tidak sekadar menjadi agenda rutin pemerintahan, melainkan sebuah wujud perhatian, kasih sayang, dan tanggung jawab bersama terhadap kesejahteraan masyarakat adat — baik dari suku Fayu di Kirihi maupun suku Dani di Walay.
Dalam sambutannya, Bupati Mote menekankan bahwa dana kampung harus dipandang sebagai alat untuk membangun kehidupan bersama, bukan sebagai sumber konflik. Ia mengajak masyarakat untuk menjunjung tinggi semangat berbagi dan persatuan sebagai satu keluarga besar Waropen.
“Kita semua bersaudara. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, tidak ada yang lebih berhak atau kurang berhak. Semua anak negeri ini memiliki tempat yang sama di hati pemerintah,” ujar Bupati dengan nada lembut namun tegas.
Lebih lanjut, F.X. Mote mengingatkan agar uang tidak menjadi sumber perpecahan. Ia mengimbau secara khusus kepada masyarakat Distrik Administratif Walay agar tetap bersyukur dan tidak membuat kegaduhan akibat belum menerima dana kampung seperti Distrik Kirihi.
Ia menjelaskan bahwa saat ini pemerintah daerah tengah memperjuangkan status definitif bagi 11 kampung administratif dan 1 distrik administratif, termasuk Kampung Koweda — salah satu kampung tua yang bahkan telah ada sejak wilayah ini masih menjadi bagian dari Kabupaten Yapen Waropen. Rencana tersebut diharapkan dapat terealisasi dalam waktu dekat, sehingga ke depan seluruh kampung administratif di Distrik Walay dapat memperoleh hak dan dana yang sama seperti kampung definitif.
“Prosesnya sedang berjalan. Bisa tahun ini, bisa tahun depan. Kami berjuang agar Kampung Koweda menjadi kampung definitif, dan 10 kampung administratif lainnya bisa menjadi Distrik Walay yang sah,” jelas Bupati.
Hadir dalam kegiatan tersebut antara lain Yenike S.K. Dippan, S.Sos., Kapolres Waropen AKBP Iip Syarif Hidayat, S.H., Danramil Warbah Mayor Inf Marselius Worabay, Pj. Sekda Jaelani, A.P., M.Si., para anggota DPRK Waropen, pimpinan OPD, tokoh adat, tokoh agama, serta ratusan warga dari Kirihi dan Walay.
Kegiatan ini menjadi contoh nyata bagaimana pendekatan berbasis budaya dan kasih dapat menjembatani perbedaan serta menciptakan suasana yang damai, tertib, dan membangun kepercayaan antara pemerintah dan masyarakat.
Sebagaimana diungkapkan oleh seorang tokoh pemuda asal Kirihi:
“Kami senang karena kami tidak hanya terima dana, tapi juga dihargai, diajak bicara baik-baik, dengan hati, bukan dengan suara tinggi. Itu yang membuat kami percaya.”
Di akhir acara, warga menyampaikan terima kasih dengan penuh hormat dan haru. Beberapa bahkan meneteskan air mata — bukan karena besaran dana yang diterima, tetapi karena mereka merasa dilibatkan, didengar, dan dipeluk dalam kasih sebagai sesama anak negeri.
Penulis: Tamrin Sinambela
Editor: Tamrin Sinambela