Prosesi majelis dan pelayan ibadah dilengkapi busana ulos memasuki gereja melalui pintu depan untuk memulai Ibadah Minggu IV Etnik Batak di GKI Smirna Nubuai. (Ft: Tamrin/mepago.co)
WAROPEN | MEPAGO.CO – Nuansa budaya dan bahasa Batak begitu terasa dalam pelaksanaan Ibadah Minggu IV Etnik Batak, Minggu 23 November 2025, di Jemaat GKI Smirna Kampung Nubuai. Ibadah berlangsung penuh khidmat dan sukacita, dipimpin oleh Pdt. Marthina Arwam, S.Si.Teol, yang membawakan khotbah dari 2 Raja-Raja 5:1–27 dengan tema “Ketaatan Iman.”
Dalam firman Tuhan tersebut, jemaat diajak meneladani kisah Naaman, panglima tentara Aram yang mengalami mujizat pemulihan dari penyakit kustanya karena ketaatan pada perintah Tuhan, meskipun awalnya ia bergumul dengan rasa gengsi dan keraguan.
“Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan sesuai dengan perkataan abdi Allah; lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan menjadi tahir.” (2 Raja-Raja 5:14)
Pendeta menegaskan bahwa ketaatan iman membuka jalan bagi pemulihan, pertolongan, dan berkat Tuhan, bahkan ketika perintah Tuhan terasa sederhana atau tidak sesuai dengan cara berpikir manusia.
Ibadah dibuka dengan panggilan ibadah oleh salah satu penatua jemaat menggunakan bahasa Batak:
“Olophon ma Jahowa, ale sandok tano on! Oloi hamu ma Jahowa marhitehite las ni roha, ro be ma hamu tu jolona marhitehite olopolop…”
(seruan pujian dan ajakan untuk datang menyembah Tuhan dengan hati bersyukur)
Setelah prosesi dan para pelayan ibadah memasuki gedung melalui pintu depan, jemaat disambut dengan nyanyian dan tarian adat Batak. Para pelayan dilengkapi dengan ulos sementara laki-laki memakai topi adat Batak, dan kaum ibu mengenakan sortali yang diikat di kepala. Perwakilan warga Batak juga membawa beras dalam tandok serta masakan khas Batak sebagai simbol ungkapan syukur.
Selama ibadah, puji-pujian dibawakan menggunakan lagu bahasa Batak yang kemudian disambung dengan versi bahasa Indonesia, menghadirkan suasana ibadah yang kaya akan nilai etnis namun tetap berpusat pada kemuliaan Tuhan. Ibadah turut diisi dengan persembahan pujian dari beberapa kelompok paduan suara jemaat setempat serta paduan suara perwakilan warga Batak.
Usai ibadah, pelayan dan majelis berdiri di depan pintu gereja untuk menerima salam dan jabat tangan dari seluruh warga jemaat sebagai wujud kasih dan kebersamaan. Gedung gereja terisi penuh, dan sebagian jemaat mengisi area aula di sisi kanan gereja.
Ibadah Etnik Batak di Jemaat GKI Smirna tidak hanya memperlihatkan kekayaan budaya, tetapi juga menunjukkan bahwa perbedaan bahasa dan tradisi menjadi sarana untuk memuliakan Tuhan dan mempererat persekutuan tubuh Kristus.
Penulis: Tamrin Sinambela
Editor: Tamrin Sinambela
