Usai prosesi adat Mafiri atau Injak Piring, Mama Vince Refasi menyampaikan makna dan filosofi dari ritual Mafiri dalam bahasa daerah yang kaya makna. Penyampaian ini berlangsung di pintu masuk lokasi penyerahan dana desa/kampung di Kampung Rorisi, Distrik Urei Faisei, pada Senin, 26 Mei 2025. (Ft: Tamrin/mepago.co)
WAROPEN | MEPAGO.CO – Bupati Waropen Drs. Fransiskus Xaverius Mote, M.Si bersama Wakil Bupati Yowel Boari disambut dengan prosesi adat MAFIRI atau injak piring saat tiba di lokasi kunjungan kerja terpadu (Turkam) dalam rangka pengawalan bersama penyaluran Dana Desa Tahap I Tahun 2025 di Kampung Rorisi, Distrik Urei Faisei, Senin (26/5/2025).
Kehadiran Bupati dan rombongan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) disambut meriah oleh masyarakat dan tokoh adat setempat. Sebelum prosesi MAFIRI berlangsung, rombongan lebih dulu menjalani upacara penyambutan adat berupa pengalungan noken dan penyematan topi adat—simbol penghormatan dan penerimaan dari masyarakat Kampung Sanggei.
Turut hadir dalam prosesi tersebut, Kapolres Waropen AKBP Iip Syarif Hidayat, S.H, Kajari Kepulauan Yapen Agus Khausal Alam, S.H., M.H, Ketua Pengadilan Negeri Serui Dwianto Jati Sumirat, S.H, serta Danramil 1709-03/Waropen Mayor Inf Marselus Worabai yang mewakili Dandim 1709/Yapen Waropen.
Mama Vince Refasi, yang memimpin jalannya prosesi adat, menjelaskan bahwa MAFIRI berasal dari bahasa daerah yang berarti “injak piring besar.” Ritual ini bukan sekadar bentuk penyambutan, namun juga mengandung makna penghormatan serta doa dan harapan dari masyarakat kepada pemimpin mereka.
“MAFIRI adalah cara kami orang Waropen menyambut pemimpin yang datang dengan niat tulus. Kami titip harapan kepada Bapak Bupati agar terus membuka jalan kebaikan untuk Waropen. Supaya negeri ini maju dan masyarakat hidup lebih sejahtera,” tutur Mama Vince kepada media ini.
Prosesi adat ini menjadi penanda dimulainya kegiatan resmi penyaluran Dana Desa Tahap I Tahun 2025 yang dilaksanakan secara terbuka dan transparan. Dari pantauan di lapangan, antusiasme warga begitu tinggi. Tenda-tenda yang disiapkan panitia penuh sesak oleh masyarakat, bahkan sebagian rela berdiri demi menyaksikan jalannya kegiatan secara langsung.
Kegiatan diakhiri dengan makan bersama dalam suasana kekeluargaan atau agape, sebagai bentuk syukur dan kebersamaan seluruh elemen masyarakat serta pemerintah daerah.
Penulis: Tamrin Sinambela
Editor: Tamrin Sinambela