Ini Dia Simantan Sopir Lolos Final PON di Tarung Derajat

Alex Asyemrem menangis sambil memeluk pelatihnya, usai menang dari Aceh / Keterangan Foto : (Humas PPM/ Elfida Sijabat)

Alex Asyerem :  Menangis Bukan Karena Cengeng, Masuk Final Karena Mujizat Tuhan

MEPAGO.CO.TIMIKA – Hari keempat babak Semi Final Tarung Derajat  berlangsung di Graha Eme Neme Yauware telah menyelesaikan 18 kelas tarung dan 5 kelas seni tarung, Senin 11 Oktober 2021

Pada pertandingan kelas 67,1 – 70 kg putra antara tuan rumah Papua Alex Asyerem melawan Muhammad Lhadafi  asal Daerah Istimewa Aceh, berhasil dimenangkan oleh Alex.

Alex sebenarnya sempat tertinggal pada ronde pertama dan kedua namun ia berhasil bangkit dan agresif mencuri poin dari lawannya, Muhammad Lhadafi. Alex pun menang dengan skor tipis.

Kebahagiaan Alex Asyerem bersama pelatih dan rekan-rekan lain mereka curahkan sepenuhnya dalam keheningan dan air mata ketika berdoa bersama di ruang belakang venue Tarung Derajat.

Kepada media, Alex mengungkapkan bahwa kemenangannya adalah mujizat dari Tuhan karena sebelum bertarung dia merasakan kekhawatiran berhadapan dengan Muhammad. “Pas masuk memang ada khawatir sedikit karena beberapa kali lawan punya pukulan masuk ke muka saya, tapi itu jadi semangat untuk saya agar di ronde ketiga harus balas dia. Saya cukup takut juga tapi puji Tuhan saya bisa menang,” katanya.

“Saya berterimakasih untuk Tuhan Yesus karena Tuhan berikan saya kekuatan dan kesehatan sehingga dari awal main hingga sampai selesai dengan kekuatan yang baik, tidak ada cedera semua itu karena Tuhan Yesus,” ungkapnya.

Ia menuturkan PON XX Papua merupakan PON pertamanya bertanding setelah sebelumnya mengikuti kejuaraan nasional dari cabang olahraga Tae Kwon Do.  “Dua tahun sudah Trainning Centre (TC) di Jayapura. Basic saya Tae Kwon Do lalu pindah ke Tarung Derajat karena di Tae kwon Do semua kelas full jadi saya ke Tarung Derajat di kelas ini,” ujarnya.

Alex Asyerem (25) yang bekerja sehari-hari sebagai sopir berasal dari Biak dan khusus untuk PON XX Papua ia bergabung dengan Jayapura.“Menariknya di tarung derajat adalah pukulan gerakan tinju dipadu dengan tendangan kalau Tae Kwon Do hanya kaki saja. Ini merupakan PON pertama kali. Saya berusaha menjadi yang terbaik untuk bisa meraih emas. Lima teman sudah lolos ke final. Saya akan berusaha di final,” ucapnya.

Di tempat yang sama, pelatih Tarung Derajat Papua, Manuel Maker mengatakan setelah pertandingan tadi banyak yang harua dievaluasi.“Kalau secara teknik kita kekurangan tetapi modal semangat dari atletnya. Sempat tertinggal mangkanya itu mujizat dari Tuhan. Evaluasi memang sangat banyak karena pertolongan Tuhan Yesus kita bisa menang,” tambahnya.

Bukan Cengeng

Dikatakan, ke depan Alex Asyerem dapat menjadi atlet yang diperhitungkan apabila ia fokus berlatih di kelas ini. “Tapi dia ini masih baru, kendala kita ini tidak pernah try out jadi penampilan kita seperti ini saja. Kita sendiri. Secara teknik memang kita kurang jadi sering dapat pelanggaran dan teguran karena pelatih hanya satu dan dua asisten jadi kita memang kesulitan. Hanya saja sejak berjalan, memang kita tidak mulus ada banyak kisah tapi kita tidak bisa cerita,” tukasnya.

Karena kisah itulah ia mengatakan para atlet setiap kali selesai tampil selalu menangis. Mereka menangis bukan karena cengeng namun bahagia dan terharu atas pencapaian mereka selama ini. Mereka tidak pernah menyangka bisa bertahan hingga saat ini di PON XX Papua.

“Kita biasa dibantu oleh perguruan kalau ada kekurangan kita sharing ke sana, tetapi kalau kesulitan teknik harus ada yang betul-betul melatih kita di lapangan tapi terus terang ini tidak ada,” imbuhnya.

Bahkan untuk seni gerak pun kontingen Papua tidak memiliki pelatih khusus. Selama ini mereka hanya berlatih mandiri.“Kita sendiri jadi kadang-kadang atlet selesai  tampil menangis karena terharu, yang tadinya kita ragu tidak bisa tetapi berjalan baik. Puji Tuhan, DIA menyertai kita selama ini. Inilah kondisi kita di lapangan dan kalau dikisahkan panjang sekali. Tentunya sudah di final Alex Asyemrem sudah harus siap,” tukasnya. (Humas PPM/Elfrida Sijabat dan Ronald Renwarin).

Editor : Robin Sinambela

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *