PON Papua Membawa Berkah Bagi Penjual Mie Bakso di Jayapura

ARENA PON XX81 Dilihat

MEPAGO,CO. JAYAPURA – Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua ternyata membawa berkah tersendiri bagi para penjual mie bakso. Salah seorang yang keciprat rezeki pada perhelatan PON Papua adalah Syaful Munif, pedagang mie bakso yang berjualan di sekitar auditorium Universitas Cenderawasih (Uncen) Abepura, Distrik Abepura, Kota Jayapura.

Dia mengaku sangat gembira karena mie bakso yang ia jajakan setiap hari di halaman gedung Auditorium Uncen habis terjual. Selama PON dihelat tiap hari dia menjual di samping kiri gedung itu.

“Alhamdulilah, selama berjualan, mie bakso saya selalu habis tidak sampai sore hari,” kata Syaful kepada wartawan, Selasa (12/10/2021).

Bagi dirinya sebagai pedagang kecil, dampak PON Papua begitu terasa. Dia bahkan rela menjual mie bakso hingga pukul 10 malam sebelum PON dihelat di provinsi ujung timur Indonesia ini. Namun, kali ini dia beruntung.

“Kini setelah pertandingan cabor PON dimulai, saya berujalan cukup siang hari, mie bakso saya ludes terjual,” katanya.

Dia enggan menyebut penghasilan dari jualan mie bakso selama PON. Namun dia menjelaskan bahwa hasil penjualan tidak berbeda jauh sebelum PON.

“Pendapatannya tetap baik sebelum dan sejak PON. Tetapi alhamdulilah, jika sebelum PON saya berjualan mulai pukul 10.00 sampai 22.00 WIT. Sekarang, hanya beberapa jam saja saya berjualan di kawasan Auditorium Uncen, jualan mie bakso saya dalam sekejap ludes terjual,” ujarnya.

Selain jualan cepat laku, selama PON bapak tiga anak ini juga memiliki waktu yang cukup, untuk berkumpul bersama keluarga di rumah dibandingkan sebelum PON Papua.

Dia pun mengucapkan banyak terima kasih kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Papua, karena PON Papua terselenggara dengan baik, dan pedagang seperti dirinya merasakan dampak dari pesta olahraga akbar nasional empat tahunan ini.

Di tempat yang sama, Irok, penjual mie ayam mengatakan, jualannya tidak selaris jualan mie bakso temannya. Hanya beda-beda tipis.

“Bapak (wartawan) bisa lihat sendiri, sudah siang begini mie ayam saya masih banyak. PON dan sebelum PON, untuk saya sebagai pedagang mie ayam, hanya beda-beda tipis saja. Sampai sore, saya harus bertahan di halaman Auditorium Uncen, kegiatan sudah selesai mie ayam saya belum habis. Sehingga saya harus jualan keliling lagi,” katanya. (Tamrin Sinambela/Timo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *