Kisah Judoka Kakak Beradik Raih Emas di PON XX Papua Juara Bersama
MEPAGO.CO.TIMIKA – Venue Cabang Olahraga (Cabor) Judo di Gedung Eme Neme Yauware-Timika menjadi saksi atas kisah sukses perjuangan judoka kakak beradik asal DKI Jakarta meraih emas di PON XX Tahun 2021 pada Kamis (30/9).
Keduanya adalah, Gerald C. George Pantouw. Pria kelahiran 5 Mei 1995 ini turun di kelas -81 Kg, sementara sang adik Gregory Ignagcito Jeremy Pantouw bertanding di kelas -90 Kg. Gregory lahir 14 April 1997.
Atas prestasi ini, Gerald dan Gregory mengucapkan syukur kepada Tuhan karena berkat pertolongan-Nya membuat kedua sama-sama menjadi juara di PON XX Papua.
Dua bersaudara ini sering berlatih bersama sekaligus sebagai teman sparring untuk penguasaan tekni, seperti teknik sukari atau randori, lalu saling memberikan masukan.
“Pernah sih juara paling di Kejuaraan Nasional tapi sejauh ini event terbesar yang bareng-bareng itu PON. Kemarin sempat abang saya ikut Sea Games, saya gak ikut, giliran saya ikut abang gak ikut. Tapi sekarang kita sama-sama di multi event dan bareng- bareng juara satu,” jelas Gregory saat jumpa pers usai menerima medali.
Gregory mengisahkan awalnya yang menyukai bela diri judo Gerald sang kakak. Namun, saat kelas 5 SD diarahkan oleh orangtua yang juga legenda atlet judo era 80-90an untuk berlatih judo.
Namun sekedar memenuhi keinginan orangtua, ia iseng-iseng berlatih, lambat laun ketika SMP mencoba mengikuti kejuaraan antar sekolah di Jabodetabek.
Dari situ terus mengasah kemampuan bela dirinya hingga mengikuti Kejurnas dan tembus seleksi atlet Sea Games 2019 mewakili Indonesia.
Gregory sebenarnya memiliki hobi art, teater dan kesenian lainnya. Berbeda dengan Gerald memang sudah dari awal memiliki keinginan untuk jadi soerang atlet judo.
“Tiga tahun saya terpaksa lakuin judo sampai akhirnya pertama kali saya dapat jawaban dari Tuhan. Mungkin di sini jalannya gitu, saya bisa ngalahin salah satu junior DKI Jakarta dan akhirnya sampai sekarang,” kata Gregory.
Gerald dan Gregory mulai sama-sama aktif dalam dunia olahraga judo tahun 2008. Gerald mengakui pertandingan final melawan I Kadek Pasek Krisna dari Jawa Barat baru bisa mencetak kemenangan dalam waktu 17 menit merupakan hal yang cukup sulit.
“Kurang lebih 17 menit itu mata sudah kunang-kunang. Tentunya tadi menggunakan taktik dan strategi, karena kalau misalnya judo itu kita ibaratnya kalau bertanding kita juga harus menggunakan otak tidak semata-mata otot. Jadi saat kawan menyerang apakah kita bisa counter atau diserang dengan serangan balik gitu, atau kita serang terus. Yah, strateginya sih kalau kita tunggu biar lawannya juga cape jadi saat dia lengah bisa dibantingan ko uchi gari tadi,” jelas Gerald.
Meskipun sudah mendapat emas perseorangan, kakak beradik ini masih melanjutkan laga kelas beregu campuran pada 3 Oktober nanti.
Pada laga itu, ia bertekad menyumbangkan emas. Dan jika Tuhan berkehendak keduanya dipersiapkan untuk ikut dalam Sea Games beberapa waktu mendatang.
Ia berharap agar terus ada kolaborasi antara pemerintah provinsi dan seluruh jajaran, pelatih, atlet bahkan Technical Delegate (TD) agar seluruh atlet bisa melatih sesuai dengan standar yang ada. Ia juga mengharapkan ada kaderisasi, lahir atlet-atlet muda berbakat sehingga bisa ada pembaharuan.
Sementara mengenai kesannya di Papua ia suka langitnya masih cerah ketimbang Jakarta. Sementara sang kakak lebih suka pinang yang menurutnya sesuatu yang khas dan unik di Papua.
“Kalau saya satu yang saya suka dari Papua, langitnya masih bersih. Jadi, kaya misalnya kalau ke Jakarta, kita foto langit itu pasti kaya berkabut hitam. Di sini benar benar cerah banget,” ungkap Gregory. (Humasppm/Kristin Rejang/Antonius Juma).
Editor : Robin Sinambela