Bupati F.X. Mote bersama Ketua DPRK Waropen memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum Pdt. Frans Bisi Wonatorei, M.Th., usai ibadah pelepasan di Gedung Gereja Jemaat Ronggaiwa. (Ft: Tamrin/mepago.co)
WAROPEN | MEPAGO.CO – Suasana duka mendalam menyelimuti ibadah dan upacara pelepasan almarhum Pdt. Frans Bisi Wonatorei, M.Th., yang berlangsung khidmat di Gedung Gereja Jemaat Ronggaiwa, Kabupaten Waropen, Rabu (12/11/2025). Ratusan pelayat dari berbagai kalangan memadati gereja untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Ketua Dewan Adat Waropen sekaligus Gembala Jemaat Ronggaiwa, sosok yang dikenal sebagai pemimpin rohani dan adat yang rendah hati, tegas, serta penuh kasih dalam melayani masyarakat.
Tangis haru keluarga dan jemaat pecah ketika perwakilan keluarga, yang juga anak tertua almarhum, menyampaikan ucapan terima kasih dan pesan perpisahan. Prosesi pemakaman dilakukan di belakang gereja, tempat almarhum selama ini menggembalakan umatnya dengan setia.
Upacara pelepasan turut dihadiri Bupati Waropen Drs. Fransiskus Xaverius Mote, M.Si, Ketua DPRK Waropen, Kapolres Waropen, para tokoh adat, tokoh agama, serta pejabat daerah lainnya.
Dalam sambutannya, Bupati F.X. Mote menyampaikan rasa duka cita yang mendalam atas kepergian almarhum. Ia mengatakan, wafatnya Pdt. Frans Bisi Wonatorei merupakan kehilangan besar bagi masyarakat Waropen, terutama bagi komunitas adat dan gereja yang selama ini beliau layani dengan sepenuh hati.
“Hari ini kita datang bukan sekadar untuk melepas kepergian seorang tokoh, tetapi juga untuk mengenang sosok yang telah memberi warna dan makna dalam perjalanan masyarakat adat Waropen,” ujar Bupati Mote.
Atas nama Pemerintah Daerah Kabupaten Waropen, Bupati menyampaikan penghargaan dan rasa hormat kepada almarhum yang selama hidupnya dikenal sebagai pemimpin rendah hati, bijaksana, dan berjiwa melayani.
“Beliau bukan hanya pemimpin adat, tetapi juga seorang gembala yang mengajarkan pentingnya hidup dalam kasih dan persaudaraan. Beliau berjuang bukan dengan kata-kata, melainkan melalui tindakan nyata dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat adat, menjaga tatanan budaya, serta mempererat hubungan antara adat, gereja, dan pemerintah,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Bupati Mote juga mengumumkan bahwa Pemerintah Kabupaten Waropen bersama Dewan Adat Waropen menunda pelaksanaan Musyawarah Besar (Mubes) IV Masyarakat Adat Waropen, yang semula dijadwalkan pada 12–15 November 2025, menjadi 26–29 November 2025.
Penundaan tersebut merupakan bentuk penghormatan atas jasa besar almarhum dalam memperjuangkan hak-hak dasar masyarakat adat serta memperkuat semangat persatuan Waropen.
“Kita percaya sebagaimana tertulis dalam 2 Timotius 4:7, ‘Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir, dan aku telah memelihara iman.’ Itulah jalan yang telah ditempuh oleh Bapa Frans Bisi Wonatorei. Ia telah berjuang dengan iman dan kasih, dan kini beristirahat dalam damai bersama Bapa di surga,” ucap Bupati penuh haru.
Menutup sambutannya, Bupati Mote mengajak seluruh masyarakat Waropen untuk meneladani semangat dan nilai-nilai perjuangan almarhum dalam membangun daerah.
“Warisan semangat dan pesan kebijaksanaan beliau harus kita teruskan. Almarhum selalu menekankan bahwa kekuatan masyarakat adat Waropen terletak pada persatuan dan musyawarah. Jangan biarkan duka ini membuat kita lemah, tetapi jadikan duka ini sebagai kekuatan untuk melanjutkan perjuangan beliau,” tegasnya.
Bupati juga menyampaikan doa dan dukungan kepada keluarga besar Bisi, Wonatorei, Rumbiak, dan seluruh keluarga yang ditinggalkan agar diberi kekuatan serta penghiburan dari Tuhan.
“Selamat jalan Bapa Frans Bisi Wonatorei. Engkau telah menunaikan tugas dan tanggung jawabmu dengan setia. Karya dan teladan hidupmu akan selalu dikenang sebagai bagian dari sejarah Waropen yang tidak akan pernah pudar,” tutup Bupati.
Penulis: Tamrin Sinambela
Editor: Tamrin Sinambela
