Waropen: Urat Nadi Baru untuk Papua dan Masa Depan Papua Utara

Bupati F.X. Mote, Wabup Yowel Boari, dan Ketua DPRK Yennike Dippan dijemput dengan perahu hias dalam kunjungan kerja perdana ke wilayah timur, membagikan Dana Desa Tahap I Tahun 2025. (Ft: Doc/mepago.co)

WAROPEN | MEPAGO.CO – Kabupaten Waropen, yang dikenal sebagai Negeri Seribu Bakau, kini tumbuh menjadi salah satu wilayah paling strategis dan potensial di Tanah Papua. Terletak di dataran panjang yang menyatu dengan wilayah adat Saireri, Waropen memainkan peran krusial sebagai penghubung lintas darat antarprovinsi: Papua, Papua Tengah, dan yang sedang digagas, Papua Utara.

Waropen bukan sekadar wilayah lintasan geografis. Ia kini dipandang sebagai urat nadi pembangunan Papua. Kawasannya yang luas dan kaya akan ekosistem mangrove menjadi sumber daya ekologis dan ekonomi yang luar biasa, namun masih menunggu pengelolaan optimal. Dalam rencana besar pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB), Waropen digadang-gadang menjadi calon Ibu Kota Provinsi Papua Utara—melanjutkan tonggak sejarah kawasan Saireri dalam membentuk pusat-pusat pertumbuhan baru.

Sejarah Waropen tidak terlepas dari dinamika pemekaran daerah. Kabupaten Biak Numfor, sebagai kabupaten induk pertama di wilayah Saireri, melahirkan Kabupaten Yapen Waropen. Selanjutnya, Yapen Waropen berkembang dan memekarkan diri menjadi dua daerah otonom: Kabupaten Kepulauan Yapen dan Kabupaten Waropen. Sementara itu, Biak turut memekarkan diri menjadi Kabupaten Supiori. Maka, Waropen adalah bagian dari proses panjang perjuangan otonomi dan pemekaran wilayah Papua demi pemerataan pembangunan.

Dari sisi sumber daya alam, Waropen menyimpan kekayaan yang luar biasa. Tambang emas yang telah beroperasi menjadi tulang punggung ekonomi masa depan. Di samping itu, terdapat potensi tambang gas di bagian timur wilayah yang masih belum dioptimalkan. Di sektor kelautan, laut Waropen kaya akan hasil tangkap seperti udang dan kepiting, menjadikannya sebagai salah satu sentra ekonomi biru yang dapat menopang kemandirian daerah.

Kebangkitan Waropen mulai terasa di bawah kepemimpinan Bupati Drs. Fransiskus Xaverius Mote, M.Si dan Wakil Bupati Yowel Boari, yang baru enam bulan memimpin. Dalam waktu singkat, pencapaian penting berhasil diraih: kapal putih milik PT PELNI resmi berlabuh di Pelabuhan Waropen—membuka akses logistik dan transportasi laut yang selama ini tertutup. Ini merupakan tonggak sejarah baru dan simbol konektivitas yang membuka Waropen terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif. Dengan semangat “Ndi Sowosio Ndi Korako – Kita Bersatu, Kita Kuat”, pembangunan pun terus digalakkan.

Dalam wawancara bersama media, Bupati F.X. Mote menyampaikan komitmennya mempersiapkan Waropen sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian Provinsi Papua Utara. Dengan mendorong sinergi antara pembangunan infrastruktur, pengelolaan potensi alam, serta peningkatan konektivitas antarwilayah, Waropen siap menorehkan sejarah baru: dari Negeri Seribu Bakau menjadi Ibu Kota Harapan Baru bagi Papua Utara.

Luasnya dataran yang dimiliki Waropen turut membuka ruang bagi pembentukan dua calon DOB baru, yakni Gundumi Sisare di wilayah timur, dan Lembah Roufaer. Keduanya menjadi bagian dari strategi pemekaran yang memperkuat pemerataan pembangunan di wilayah pesisir dan pegunungan Waropen.

 

Editor: Tamrin Sinambela

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *