Bupati F.X Mote menyerahkan cenderamata Pemerintah Kabupaten Waropen kepada Kementerian Hukum dan HAM RI yang diterima langsung oleh Direktur Penguatan Kapasitas Aparatur Negara, Novie Soegiharti sebagai bentuk apresiasi dan dukungan terhadap kerja sama pembangunan masyarakat adat Waropen, usai pembukaan Mubes, dilapangan Papryndei, Rabu (26/11/2025). Ft: Tamrin/mepago.co
WAROPEN | MEPAGO.CO – Musyawarah Besar (Mubes) Ke-IV Masyarakat Adat Waropen resmi dibuka dengan penuh khidmat di Lapangan Elias Papryndei, Rabu (26/11/2025). Bupati Waropen, Drs. Fransiscus Xaverius Mote, M.Si, menegaskan bahwa forum tertinggi masyarakat adat ini merupakan momentum strategis untuk memperkuat identitas budaya, memperjuangkan hak-hak masyarakat adat, serta memastikan pembangunan daerah berjalan selaras dengan nilai adat dan kearifan lokal.
Dalam sambutannya, Bupati Mote mengajak seluruh peserta untuk memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas penyertaan-Nya sehingga Mubes Ke-IV Dewan Adat Waropen tahun 2025 dapat terselenggara dengan baik dan lancar. Kegiatan ini dijadwalkan berlangsung selama 26–29 November 2025.
Menurutnya, Mubes bukan hanya forum musyawarah, melainkan wadah tertinggi masyarakat adat Waropen dalam memperkuat budaya, filosofi, dan identitas.
“Hari ini kita diajak meninggalkan perbedaan dan memperkuat persatuan di Negeri Seribu Bakau, serta mengembalikan peran adat dalam kehidupan sosial maupun pemerintahan di Kabupaten Waropen,” tegas Bupati.
Mubes Ke-IV mengusung tema “Masyarakat Adat Waropen: Penegakan Hak-Hak Menuju Era Baru” dengan subtema “Menata Diri Mulai dari Keret, Membangun Hidup dari Kampung.” Bupati menyebut, tema ini menggambarkan tekad masyarakat adat Waropen untuk memperjuangkan hak-hak dasar dan membangun kehidupan sosial yang bermartabat. Ia menekankan bahwa tema tersebut sejalan dengan visi Pemerintah Daerah: Waropen Bangkit, Mandiri, Sejahtera dan Berkeadilan.
Lebih jauh, Bupati Mote menegaskan bahwa adat memiliki peran fundamental dalam pembangunan daerah.
“Adat adalah sumber nilai, moral, dan kebijaksanaan yang diwariskan turun-temurun. Adat adalah jati diri dan roh kehidupan masyarakat Waropen. Karena itu lembaga adat memiliki posisi strategis sebagai mitra pemerintah dalam menciptakan harmoni, memperkuat persatuan, serta membangun daerah yang aman, damai, dan sejahtera.”
Bupati mengajak seluruh peserta Mubes untuk berperan aktif dan tidak sekadar menjadi penonton dalam proses pembangunan.
“Marilah kita membangun mulai dari diri sendiri, dari rumah, dari keret, dan dari kampung tempat kita tinggal. Masyarakat adat bukan objek pembangunan, tetapi subjek pembangunan.”
Di hadapan peserta musyawarah, Bupati juga memaparkan data kondisi wilayah Waropen — luas 10.849 km², jumlah penduduk 42.000 jiwa, 25 anggota DPRD, dan 100 kampung definitif. Pemerintah saat ini juga sedang memperjuangkan penetapan 11 kampung baru.
Ia kemudian menyampaikan kabar baik:
“Dengan penuh syukur saya umumkan bahwa Kampung Koweda di Distrik Masirei telah resmi ditetapkan sebagai kampung definitif setelah diperjuangkan selama bertahun-tahun.”
Pada kesempatan tersebut, Bupati F.X Mote mengapresiasi seluruh narasumber dari Dewan Adat Papua, akademisi, aktivis, serta LSM yang berpartisipasi memberikan pemikiran dalam forum tersebut.
Usai pembukaan, Bupati mengajak Direktur Kementerian Hukum dan HAM RI meninjau pameran kerajinan masyarakat adat Waropen, termasuk batik Waropen yang telah memperoleh sertifikasi resmi sebagai produk budaya daerah.
Menutup sambutannya, Bupati menyampaikan harapan besar untuk masa depan masyarakat adat Waropen:
“Saya berharap musyawarah ini melahirkan keputusan yang membawa Waropen semakin kuat, bermartabat, dan diberkati Tuhan.”
Penulis: Tamrin
Editor: Tamrin
