Papua,Utama

Tak Kuasa Menahan, Lukas Enembe Meneteskan Air Mata

MEPAGO.CO. JAYAPURA- Tanpa kenal lelah, usai melakukan pertemuan dengan masyarakat di Karubaga, Gubernur Lukas Enembe dan rombongan bertolak menuju Distrik Mamit untuk meresmikan Bandar Udara Mamit, Selasa 8 Februari 2022.

Pada peresmian Bandar Udara Mamit, Gubernur Enembe kerap kali menetaskan air mata gembira, senang, bangga dan sedih dikarenakan tanah kelahirannya yang dulu tertinggal kini sudah maju dan sudah memiliki bandara secara resmi.

Gubernur mengungkapkan, daerah Mamit adalah kecil dan hampir tidak ada gangguan keamanan sampai saat ini alias aman bahkan pada tahun 1963 daerah Mamit adalah daerah terbelakang di seluruh Kabupaten Jayawijaya sehingga perlu direnungkan bagaimana seorang anak dari daerah terbelakang di seluruh Kabupaten Jayawijaya bisa menjadi Gubernur Papua.

“Daerah Mamit ini dibuka tahun 1963. Meskipun kondisi saat itu masih terbelakang tapi orangtua dari Mamit bisa terima injil sehingga ada perubahan,” ujar Gubernur sambil meneteskan air mata.

Untuk meyakinkan masyarakat yang hadir pada acara peresmian Bandar Udara Mamit itu, Gubernur mengundang seorang tokoh asal Mamit yang juga anggota DPR Papua, Thimotius Wakur untuk menjelaskan sedikit tentang Distrik Mamit.

Gubernur menambahkan, keberadaan injil melahirkan manusia asal Mamit menjadi manusia unggul dan hebat, bahkan ia menegaskan bahwa ia lahir di Mamit bukan untuk orang Mamit tapi ia lahir untuk Papua dan untuk kepentingan Papua, membela orang Papua. “Ko Harus Catat Itu,” tegasnya dalam siaran pers yang diterima redaksi MEPAGO.CO

Diakuinya, orang tuanya yang melahirkannya adalah untuk membela orang Papua, orang yang rambut keriting dan hitam kulitnya, membela rakyat Papua yang menderita, menangis. Bahkan menurutnya, orang Papua sudah banyak yang menangis dan kehidupan orang Papua tidak bahagia bahkan orang Papua tidak “happy” diatas tanahnya.

“Seluruh orang Papua di muka bumi ini tidak happy dan mereka tidak hidup dalam kebahagian. Intan Jaya menangis, Puncak menangis, Pegunungan Bintang menangis, Maybrat menangis dan mereka tidak hidup aman di negerinya sendiri. Kami lahir bukan untuk dibunuh tapi kami lahir untuk hidup berbahagia dan menikmati kebahagiaan serta tidak ada tangisan air mata. Orang Papua harus bahagia, ini utama,” katanya.

Ia menjelaskan, ketika pertama ia keluar dari Mamit, landasan bandara masih rumput tapi sekarang sudah bagus diaspal. Untuk itu, anak daerah yang sudah sukses supaya bisa membangun daerahnya. “Saya harapkan bandara ini semakin ditingkatkan pelayanannya, dibangunkan talud, dipagar keliling karena akan masuk pesawat dari Sentani ke Mamit,” imbuhnya.

Dibangun Sejak 2016

Sementara itu, Plt. Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Papua, David Telenggen menjelaskan, keberadaan sebuah bandara di Kabupaten Tolikara memiliki peranan yang strategis dalam membuka keterolisasian daerah dalam menggerakkan perekonomian dan menjalankan roda pemerintahan bagi pelayanan kepada masyarakat.

Pembangunan sarana transportasi dinilai sangat penting dan mendesak bagi Distrik Kembu ditengah-tengah kondisi ketersediaan sarana prasarana transportasi darat yang masih terbatas. Oleh sebab itu, Pemprov Papua mengambil langkah perencanaan dan pembangunan sehingga Bandara Mamit bisa diresmikan oleh Gubernur Papua.

Perlu diketahui, Lanjut Kadis Perhubungan bahwa pada saat ini Bandara Mamit telah dilayani oleh perintis dari Wamena tujuan Mamit kemudian pihaknya selaku Dinas Perhubungan Provinsi Papua bakal mengusulkan satu rute perintis dari Sentani Mamit.

Pembangunan Bandar Udara Mamit dimulai sejak tahun 2016 dan rampung hingga akhir tahun 2021, oleh karena itu dengan dibangunnya Bandar Udara Mamit dapat memperlancar akses keluar masuk manusia dan barang serta dapat meningkatkan ekonomi masyarakat Kabupaten Tolikara lebih khusus masyarakat Kembu. (Tim Humas) (***)

Editor : Robin Sinambela

Anda mungkin juga suka...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *